s

Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Maret 2011

FF -Pergi Saja Kalau Kau Mau-

Main casts:

· Jun Su (Xiah)

· Jaejin (or Jin Ki)

· Han Ah (lay ur name for this cast^^)

Genre: Sad End/S/PG13

Chapter: 2/3

Author: Rssma Muppy


>>Chapy 2

Setelah Jaejin usai makan malam, ia duduk di samping Junsu. Ia menatap Jun sejenak “hmm aku belum tau namamu..” tanyanya tiba-tiba. “aku Junsu” jawaban singkat, Jaejin lalu menyuruh Junsu menunjukkan kamar untuknya. Jun pun menunjuk ke sebuah kamar disamping kamarnya. “kau tidur di kamar itu tapi bereskan dulu!” ucap Junsu.

Kontrakan Junsu tidak begitu luas dan memang hanya ada dua kamar. Mau tidak mau Jaejin harus mengeluarkan sedikit tenaganya untuk membereskan kamar bersarang laba-laba ini agar ia bisa beristirahat. Ia pun mulai bergerak. Sementara itu Junsu masih di depan tv menikmati drama yang sedang ditontonnya.

Jae cukup kewalahan mengatur kamarnya itu. Tiba-tiba ia terdiam sejenak. Ada sesuatu yang harus ia pikirkan. Ia mengambil posisi duduk dan mengepalkan kedua tangannya. Setelah cukup lama berfikir, ia menatap ke luar kamar dan mulai melangkahkan kakinya dengan gerakan perlahan. Tepat di samping pintu kamar ia berdiri. Ia mangamati Junsu dari belakang. Raut wajahnya menggambarkan ada sesuatu yang tak lazim. Senyumnya sinis. Entah apa maksudnya. Ia kemudian membalikkan tubuhnya dan kembali menyelesaikan pekerjaannya itu.

[end of Author’s POV]

[Junsu’s POV]

Hari ini aku bangun lebih awal dan mulai bekerja di dapur. Tanganku sudah terbiasa memerani pisau dan bahan-bahan dapur. Masakanku akhirnya jadi juga setelah 30an menit berkecimbung di dapur. Aku pun menatanya di atas meja makan. “kenapa anak itu belum bangun juga? malas sekali dia” gumamku. Pagi ini aku membuat makanan favoritku, spesial untuk menghibur batinku yang sedikit kacau. Semalam banyak yang mengusik pikiranku. Aku bingung mengapa bayang-bayang masa laluku datang menghantui. Aku ingin melupakan mereka, masa suramku. “iya. aku harus melupakan kejadian itu. Mereka hanya masa lalu..” aku bergeming sendirian.

~flashback~

“hhuuuh~ ampun appaa…”

Tubuh kecilku mengerang kesakitan. Air mataku tak henti-hentinya mengalir. Kurasakan benda itu terus meremas kulitku sekaligus meremuk batinku. Aku seperti tak ingin bernapas lagi. Sebuah tali keras mengayung di tubuhku berkali-kali.

“dasar anak sial!! apalagi yang ingin kau perbuat untuk mempermalukan keluarga ini, Hah!!” bentak appa sangat keras sambil sesekali mencambuk punggungku. Aku ingin memberontak tapi aku tak berdaya lagi. Setelah puas memukuliku, appa melepaskanku. Omma hanya diam di samping appa. Tak ada niat untuk menolongku. Mereka pun berlalu meninggalkan aku sendiri di gudang ini. Aku hanya mampu berbaring lemah di lantai. Aku anak umur 10 tahun yang terlalu keras menjalani hidup. Air mataku sudah tak cukup melukiskan derita yang kualami.

Aku selalu takut. Setiap hari dimarahi, dipukuli, diperlakukan hina. Dunia benar-benar tak adil untukku. Terkadang aku berfikir, hidupku adalah sebuah kutukan. Aku hanya ingin cinta dari setiap orang. Tapi semua itu lenyap setelah apa yang orang-orang sekitarku lakukan padaku. Mungkin aku memang anak sial yang dibiarkan hidup.

~end of flashback~

“YA! mana sarapan untukku?” aku sontak kaget mendapati Jae sudah berada di belakangku. Tanpa aku sadari mungkin dia sudah memperhatikanku sedari tadi. “eh itu, aku letakkan di atas meja” tanganku menunjuk meja makan. “memangnya kau bangun jam berapa?” tanya Jae padaku. Mungkin anak ini tidak terbiasa bangun pagi sehingga heran melihatku yang sudah bangun dari tadi. “huh! kau sendiri jam begini kenapa baru bangun!” ledekku “semalaman susah tidur, nyamuk mondar-mandir di wajah imutku ini..” ia terkikik. “eh kau kuliah kan hari ini? Sudah semester berapa?” tanyanya lagi. “semester tiga” “oo..berarti kau seniorku ya!” aku melihat Jae mengangguk2 tidak jelas.

Hari ini aku berangkat ke kampus bersama Jaejin. Berhubung karena motorku bermasalah, aku berniat naik bus. Tapi ada-ada saja kelakuan Jae. Sebelum mendapati bus untuk ditumpangi, ia menyetop sebuah taxi. Ogah naik bus katanya. Aku sebenarnya begitu malas dengan anak ini. Tapi dengan terpaksa aku menuruti kemauan orang yang sudah menjadi teman tempat tinggalku itu.

[end of Junsu’s POV]

***

[Author’s POV]

“Junsu-ya, kita berpisah disini ya” “ya sudah sana” jawab Junsu malas. Jaejin melangkah ke taman. Ia seperti mencari seseorang. Setelah beberapa kali mengumbar pandangannya akhirnya ia menuju ke tempat seseorang yang sedang duduk. Seorang gadis yang asyik dengan notebooknya. “Hei noona!” sapa Jaejin menggoda seraya langsung mengambil posisi duduk tepat di sebelah gadis itu. Gadis itu terlihat sedikit lebih tua dari Jae. “ah kau. Ada perlu apa?” gadis itu merasa sedikit terganggu dengan kedatangan Jae. “ani, noona lagi sibuk ya? butuh bantuan?” kata Jae lagi. “bisa bantu apa? ini juga sudah selesai. Eh memangnya ada angin apa datang lebih awal?” tanya gadis itu meledek. “yaa..karena mau ketemu noona” “serius? Tapi maaf aku sepertinya ada urusan” tanpa basa-basi gadis itu beranjak membereskan barangnya. “eh noona..jangan pergi dulu!” “kalo ada perlu telfon saja, ok?” jawab gadis itu santai kemudian berlalu meniggalkan Jaejin “YA!”. Dari kejauhan gadis itu berbalik melemparkan senyumnya. Jae ikut tersenyum dan terus memperhatikan belakang gadis itu hingga ia menghilang di sudut ruas jalan. Ada aura kagum yang terpancar di wajah Jae, sepertinya ia menaruh hati pada gadis itu.

***

“mana sih tu anak, katanya pulang kuliah suruh kesini” ucap Junsu. Ia sudah menunggu cukup lama di pusat Jajanan yang tidak jauh dari kampus. “OMO!! Ada cowok cakep. lagi nunggu temen ya?” suara yang datang dari belakang, rupanya pemilik jajanan. Wanita itu tiba-tiba memandang Junsu sedikit agresif. Junsu risih melihatnya “mau jajan apa?“ tanya wanita itu lembut “a..ani” jawab Jun singkat tanpa ingin memandang ke arah wanita tersebut.

“Mian kelamaan!” Junsu lega akhirnya Jaeu muncul juga. “kenapa tidak langsung pulang saja? di rumah juga bisa makan.” “tapi gue suka jajan disini, di rumah palingan cuma ada ramen” Jae langsung menyerbu jajanan wanita itu. “mau?” tawarnya pada Junsu tapi Junsu menggelengkan kepala tandanya tidak mau sama sekali. Jae menikmati makannya sambil senyum-senyum. Junsu yang memperhatikan langsung bertanya, “kenapa? ada yang lucu?“ “tadi aku sempat bertemu seseorang, dia sangat manis” “apa? kau jatuh cinta?” tanya Junsu heran “sudahlah, lupakan saja. eh hyung suka menggambar ya?” “mwo? siapa yang menyuruhmu panggil hyung?” “kau kan seniorku dan sekarang kita tinggal bersama apa itu salah? jawab saja pertanyaanku..” Jaejin sedikit kesal. “bukan menggambar tapi melukis, sebenarnya bukan suka lagi tapi sudah bisa, untuk apa kau menanyakan itu?” Junsu balik bertanya. “aku mau kau mengajariku!” “punya bakat apa?” ucap Junsu meremehkan. “eh kau tidak tahu ya, aku termasuk anak yang cerdas jadi sekali diajar pasti langsung bisa. Dari kecil aku sudah puas pada prestasiku” “huh..sombong sekali, aku tidak yakin” ”terserah kau saja. Jadi bagaimana, mau mengajariku tidak?” Jae sedikit emosi. “iya iya tapi…” “tapi apa?” “kenalkan padaku gadis yang kau maksud, bagaimana?” “aah TIDAK!” bantah Jaejin seketika. “hahah…” Junsu tertawa riang melihat Jae yang sepertinya takut sekali gadisnya itu diambil.

Setelah puas menikmati makanan-makanan di depannya, Jaejin menyuruh Junsu yang membayar semuanya. Lagi-lagi merepotkan Junsu dan Junsu hanya bisa manyun melihat ulah Jae ini. “Ya! kau mau kemana lagi?” teriak Junsu sembari mengikuti langkah Jae yang entah kemana arahnya. “kau ikut saja” perintah Jae. Junsu sebenarnya tidak mau mengikutinya tapi mengingat bahwa Jae baru ke kota ini, ia takut anak itu kesasar.

Jauh berjalan membuat napas Junsu sudah tidak teratur, apalagi Jae mempercepat langkahnya. Akhirnya mereka berhenti di sebuah dermaga. Spontan Junsu takjub melihat dermaga ini menyajikan pemandangan yang luar biasa. Rasanya sudah lama sekali ia barada di kota ini, tapi ia tak pernah tahu ada tempat seperti ini. Mungkin karena terlalu disibukkan oleh sekolahnya. Tak diduga Jaejin bisa membawanya ke mari. Dermaga itu membisukan mereka. Jernih airnya menampakkan alam bebas yang membentang hijau disekitarnya. Angin lembut menambah kesejukan sore itu. ”Yaa..jangan hanya melamun, bagus tidak tempatnya?” Jae mulai bicara. “hmm..tempat ini nyaman sekali. Kenapa aku tidak tahu dari dulu kalau ada dermaga yang begitu cantik di sini” Junsu agak menyesal. “hh, kau bisa aja” Jae tersenyum ”terus apa maksudmu membawaku ke mari?” tanya Junsu yg masih heran. “aku tidak ada maksud apa-apa, sebelumnya aku pernah kesini diajak teman dan melihatmu terlalu sibuk dengan kuliah, aku rasa kau tidak ada waktu untuk menikmati pemandangan diluar” “sok tahu! kau kasihan padaku?” “aah~ kau salah mengartikan lagi ucapanku” kata Jae. “Ne, tidak usah dijelaskan, aku sudah mengerti. Gomawo sudah membawaku kesini” Junsu kembali menikmati panorama alam di hadapannya itu. Sepertinya ini adalah awal kedekatan mereka. Dan hari-hari berikutnya mereka jalani lebih akrab. Kehadiran Jaejin membawa keceriaan baru di kehidupan Junsu…

-to be continued-

Yayyaii~ segini cukup?? mohon untuk ngikutin alur ceritanya dulu..

Komen yo, gmawoo ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar